Etika dan Moral; Layaknya 2 Sisi Mata Uang
Etika dan Moral tidak asing oleh pendengaran kita. Keduanya sering dilantunkan dan dikaitkan dengan tingkah laku seseorang. Namun, tanpa disadari, orang-orang yang melantunkan kedua diksi tersebut tidak begitu memahami maksudnya.
Untuk mencegah terjadinya kerancuan dan kesalahpahaman terkait etika dan moral, kali ini saya akan menuliskan ringkasan pemahaman tentang etika dan moral. Apabila terdapat kejanggalan maupun perbedaan persepsi dalam tulisan ini, saya harap hal itu dapat menjadi bahan diskusi bersama. Untuk itu, Selamat membaca!
![]() |
| Sumber : Google.com |
Tentang etika dan moral, ibarat 2 (dua) sisi mata uang. Keduanya memiliki persamaan dan juga perbedaan. Beberapa pengertian pun lahir dari berbagai sudut pandang. Walaupun begitu, pada dasarnya beberapa sudut pandang tersebut mengacu pada 1 (satu) definisi yang sama. Selanjutnya, akan saya sampaikan dua sisi mata uang terkait Etika dan Moral.
Pertama, Secara harfiah, etika dan moral memiliki kesamaan arti, yakni kebiasaan. Sering juga diartikan dengan adat istiadat. Secara umum, etika dan moral sama-sama berarti nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik dan ajek dalam lingkungan masyarakat sebagaimana laiknya kebiasaan setempat. Sebuah kebiasaan hidup yang baik, diturunkan dan diwariskan melalui agama dan budaya. Hal tersebut diharapkan supaya apa yang diturunkan dan diwariskan dapat menjadi pegangan bagi para penganut agama dan budaya. Etika dan moral dalam hal ini berkaitan dengan perintah dan larangan yang bersifat konkret. Kendati setiap agama maupun budaya memiliki ajaran yang berbeda, tidak berarti mengesampingkan substansi dari ajarannya, yaitu mengajarkan dan mengajak pada kebaikan.
Kedua, Etika dipahami dalam pengertian yang berbeda dengan moral. Secara luas, etika diartikan sebagai ilmu yang membahas dan mengkaji nilai-nilai yang ada pada moral. Maksudnya, etika merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai nilai-nilai yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup laiknya manusia dan mengenai masalah-masalah kehidupan manusia berdasarkan nilai-nilai moral yang umum diterima. Secara sederhana, menurut Magnis Suseno (1987), etika dalam hal ini bukanlah ajaran, melainkan sebuah ilmu. Oleh sebab itu, etika menjadi refleksi kritis terhadap moral. Etika mengharapkan agar orang bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku. Namun bukan semata-mata karena tindakan yang baik itu berdasarkan perintah, melainkan berdasar pada kesadaran bahwa tindakan yang diambil memang baik bagi dirinya dan orang lain.


Komentar
Posting Komentar