Perempuan dan Pendidikan; Kolaborasi Membangun Peradaban
![]() |
| Sumber: Google.com |
Belenggu yang mengikat ruang gerak perempuan telah dilepaskan. R.A Kartini, sosok dibalik Emansipasi Wanita, telah mengangkat kedudukan para perempuan Indonesia. Perempuan, hari ini tidak hanya tentang Sumur, Kasur, Dapur (SKD). Melainkan, sebagai pondasi pembangunan bangsa.
Pembangunan bangsa harus didasari dengan kemanusiaan dan peradaban. Sebagaimana yang diamanatkan Pancasila dalam Sila Kedua, yang berbunyi 'Kemanusiaan yang adil dan beradab'. Untuk mewujudkan hal tersebut, laki-laki dan perempuan memiliki perannya masing-masing.
Sebagai pondasi pembangunan bangsa, perempuan memiliki hak atas pendidikan. Perempuan dan pendidikan merupakan 2 elemen penting. Sehingga, kolaborasi keduanya sangat diperlukan untuk membangun peradaban bangsa. Kontribusi konkret dari kolaborasi ini adalah di mulai dari lingkungan keluarga. Maka, benar adanya bahwa 'Ibu adalah sekolah utama bagi anak'.
Paradigma tentang perempuan dan pendidikan telah mengalami perubahan. Tidak hanya pada masyarakat perkotaan, tetapi juga merambah ke pedesaan. Dulu, masyarakat pedesaan beranggapan bahwa setinggi apapun pendidikan seorang perempuan, kelak juga akan kembali ke Sumur, Kasur, dan Dapur. Meskipun kontruksi sosial tersebut telah mengalami perubahan, masih ada juga masyarakat pedesaan yang memegang teguh anggapan itu. Terlepas dari dalih minimnya kapasitas ekonomi keluarga.
Namun, kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi perempuan mesti dipupuk sedini mungkin. Jangan sampai pemahaman konservatif (Sumur, Kasur, Dapur) menjadi doktrin pembatas perempuan untuk memperoleh pendidikan.

Komentar
Posting Komentar